Ternyata kejadian serupa juga disadari oleh Pak Djain, gurunya di sekolah. Def selalu maju ke depan utk melihat catatan di whiteboard. Gurunya pun menulis di buku penghubung dan menyarankan Def utk periksa mata. It's seems like I've been there done that. Waktu ibu SMP, ibu juga melakukan apa yg Def lakukan ketika tiba waktunya utk mencatat dari papan tulis. Maju ke depan berulang2. Karena tulisan terlihat mulai kabur.
Jadilah weekend kali ini kita main2 ke dokter mata. Gak tanggung. kita periksa ke Jakarta Eye Center, Menteng. Sampe sana, lumayan banyak anak2 sepantaran Def yg berkacamata. Oh my, please not my boy. Tapi takdir berkata lain. Def ternyata minus 1. Msh tipis lah Def, itu juga hasil periksa mata ibu pertamakali waktu SMP.
Hari itu juga kita beli kacamatanya, kasihan lah kalo dia harus nunggu lebih lama lagi. Sbg seorang anak SD yg ceroboh, laki-laki pula, kita sepakat membekali Def dengan 2 buah kacamata. Sehingga kalo ada masalah dgn kacamata yg satu, Def gak perlu menunda melihat keindahan dunia krn nungguin kacamatanya itu dibetulin. Dan Def bilang, skrg dunia kelihatan lebih jernih dari sebelumnya.
Dokter menganjurkan agar kacamata hanya dipakai pd saat benar2 diperlukan aja, seperti misalnya saat harus mencatat di kelas. Hal ini dimaksudnya utk menghambat penambahan minusnya. Tapi Def gak mau begitu. Def mau dunianya selalu jernih dan terang, shg kemanapun dia pergi skrg dia selalu pakai kacamatanya.
No comments:
Post a Comment